Perkembangan teknologi
Selamat malam para pembaca yang setia,kali ini saya menulis artikel tentang perkembangan teknologi mesin mobil pada kendaraan dari konvensional menuju modern. Langsung aja cekidot
perkembangan teknologi mesin injektion
Sampai
sekarang kita masih berkutik dengan mesin berteknologi Electronic Fuel
Injection/Engine Management seperti yang banyak kita jumpai, bahkan
tidaklah salah kalau pertumbuhan teknologi tersebut belumlah bisa
sepenenuhnya menggantikan mesin konvensional terdahulu yaitu mesin
dengan sistim aliran bahan bakar karburator, karena sampai detik ini
masih banyak kendaraan yang memakai mesin karburator kita temukan.
janganlah heran kalau mesin yang mengaplikasikan teknologi Electronic
Fuel Injection/Engine Management yang banyak kita jumpai itu, akan
menjadi mesin KONVENSIONAL besok atau lusa jika Anda menemukan kendaraan
dengan Gasoline Direct Injection (GDI) di jalanan.
Jauh
sebelum GDI secara serius diaplikasikan pada kendaraan, para
konstruktor mesin selalu berfikir untuk menerapkan suatu manajemen
mesin bensin pada kendaraan tetapi mesin tersebut dapat menghemat bahan
bakar, berdaya lebih tinggi atau katakanlah segalanya lebih baik
dibandingkan dengan mesin injeksi konvensional saat ini dan tentu saja
emisinya tetap bisa dikontrol sesuai dengan aturan gas buang yang
sudah digariskan.
Lebih dari 10 tahun yang lalu diaplikasikanlah GDI pada mesin dengan
tujuan bahwa mesin ini dapat meningkatkan effisiensi penggunaan bahan
bakar yang semakin langka dan semakin mahal saja dari waktu ke waktu
serta output/daya yang dihasilkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan
mesin injeksi konvensional saat ini.
Effisiensi pemakaian bensin dapat ditingkatkan karena pada GDI
pengontrolan volume penyemprotan bensin dapat dilakukan dengan sangat
akurat, demikian juga timing penyemprotannya bisa disesuaikan dengan
setiap kondisi opersional mesin.
Selain itu, tidak ada kerugian “throttling” yaitu hambatan pada katup
throttle yang menyebabkan effisiensi volumetrik mesin jadi berkurang
seperti halnya sistem injeksi bensin konvensional maupun sistem aliran
bahan bakar dengan karburator.
Manajemen mesin DGI dapat mengatur perbandingan campuran mulai dari sangat kurus sampai dengan lambda 1.
Perbandingan campuran udara-bensin lambda = 1 , berarti perbandingan
campuran udara-bensin adalah 14.7:1 dan jika perbandingan campuran
sangat kurus bisa berada pada angka 65:1
Perbandingan udara-bensin 65:1 tersebut sangatlah kurus kalau
dibandingkan dengan pasokan udara-bensin untuk mesin injeksi
konvensional maupun mesin karburator. Secara teoritis perbandingan
campuran sangat kurus tidak mungkin bisa dibakar bila mesin itu
menggunakan teknologi injeksi konvensional.
Perbandingan Campuran Sangat Kurus
Mode perbandingan campuran sangat kurus diaplikasikan saat mesin
putaran idle sampai dengan beban ringan, atau akselerasi yang tidak
terlalu kuat, atau keadaan operasional mesin yang tidak memerlukan daya
besar.
Penyemprotan bensin tidak dilakukan pada saat langkah isap, akan tetapi
bensin disemprotkan waktu akhir langkah kompressi, dan sebagian bensin
yang disemprotkan tersebut langsung didekatkan pada busi, sehingga
menjadi sangat mudah terbakar, dan proses pembakarannya jadi lebih
sempurna, meskipun perbandingan campuran udara bensinnya sangat kurus.
Walhasil pemakaian bensin menjadi sangat hemat, emisi HC CO lebih
bersih kalau dibandingkan dengan mesin yang memakai sistem injeksi
konvensional atau karburator.
Perbandingan campuran Ideal
Berdeda waktu mesin bekerja dengan beban yang lebih moderat, maka perbandingan campurannya diatur ideal (lambda=1).
Karena bensin diinjeksikan selama langkah isap langsung ke dalam
silinder mesin, tentu saja campuran udara bensin menjadi lebih homogen,
lalu timing pengapian diatur dengan saat yang tepat, akan menghasilkan
emisi yang dapat direduksi oleh katalitik converter.
Beban Penuh
Pada waktu beban penuh (mobil dalam keadaan menanjak misalnya),
perbandingan campuran udara-bensin dibuat sedikit lebih gemuk, proses
penyemprotan sama seperti perbandingan campuran ideal yaitu bensin
disemprotkan saat langkah isap langsung ke dalam silinder mesin, hal
ini dimaksudkan agar terjadi campuran udara bensin yang lebih homogen
serta mencegah detonasi•
Mesin injeksi langsung GDI juga bisa dilengkapi dengan teknologi lain
seperti variabel valve timing (VVTi) ataupun variable intake manfold
maupun dengan EGR untuk mengurangi emisi NOx saat perbandingan
campuran udara-bensin sangat kurus dan suhu pembakaran yang tinggi.
Sejarah GDI
Sebenarnya teknologi Gasoline Direct Injection diperkenalkan pada
pesawat udara ringan produksi untuk Perang Dunia II, dibuat/didesain
oleh Jerman (Daimler Benz) dan Uni Soviet (KB Khimavtomatika).
Sedangkan teknologi GDI pertama untuk otomotif dikembangkan oleh Bosch,
dan diperkenalkan oleh Goliat dan Gutbrod pada tahun 1952.
Tahun 1955, Mercedes-Benz 300SL adalah mobil sport pertama yang
menggunakan system injeksi bensin langsung. Injektor ditempatkan
lansung ke arah sisi silinder mesin seperti halnya mesin diesel, tetapi
menggunakan busi untuk membakar campuran udara-bensinnya dan busi
ditempatkan ditengah-tengah kepala silinder.
Namun kemudian hari aplikasi sistem ini tidak disukai karena injeksi
tak langsung (injeksi konvensional) seperti yang kita jumpai sekarang
lebih murah dibandingkan sistem injeksi langsung yang pertama kali
diterapkan tersebut..
Selama tahun 1970-an, Ford Motor Company mengembangkan mesin yang
mereka sebut dengan "ProCo" (“Programmed Combustion” / pembakaran
diprogramkan), menggunakan pompa bertekanan tinggi yang unik lalu
bensin disemprotkan langsung ke dalam silinder.
Seratus mobil Crown Victoria telah dibuat oleh Ford Atlanta di
Hapeville-Georgia, menggunakan mesin V8 ProCo. Lalu proyek ini
dibatalkan begitu saja karena beberapa alasan, diantaranya masalah
sistem kontrol elektronis sebagai alasan utama.
Mulai saat itu adalah merupakan era awal dari sistem injeksi bensin
langsung diaplikasikan pada mobil, meskipun untuk membuat pompa dan
injektornya diperlukan biaya yang sangat tinggi.
Masalah selanjutnya terjadi akibat pembakaran dengan perbandingan
campuran udara bensin yang sangat kurus yaitu emisi NOx yang tinggi dan
melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh EPA (Environment Protection
Agency). Namun seiring dengan berjalannya waktu dan diterapkannya 3
way catalytic converter untuk mereduksi HC, CO dan NOx, maka emisi NOx
yang dihasilkan oleh mesin GDI dapat direduksi sampai batas minimal.
Pada tahun 1996 sistem injeksi bensin langsung (GDI) muncul kembali
di pasar otomotif. Mitsubishi Motors adalah yang pertama merebut pasar
Jepang dengan mesin GDI pada Galant / Legnum, mesin seri 4G93 1.8 4L,
yang kemudian dibawa ke pasar Eropa pada tahun 1997 dengan nama
Mitsubishi Carisma,
Di tahun yang sama Mitsubishi Galant dengan dapur pacu 2.4L GDI juga
dipasarkan di Eropa, namun kedua mobil tersebut mengalami masalah pada
emisi dan effisiensi konsumsi bahan bakarnya tidak seperti yang
diharapkan, karena waktu itu bensin di Eropa masih mengandung sulfur
yang cukup tinggi,
Meskipun demikian akhirnya Mitsubishi berhasil mengembang mesin GDI
yang lebih baik pada tahun itu juga yaitu mesin 6G74 3.5 L V6,
Mitsubishi menerapkan teknologi ini secara luas serta memproduksi lebih
dari satu juta mesin GDI dalam berbagai tipe/variant.
Pada tahun 2001, PSA Peugeot Citroën dan Hyundai Motors menggunakan lisensi Mitsubishi untuk menadopsi teknologi GDI
Lalu Daimler-Chrysler juga memproduksi mesin khusus GDI pada tahun
2000, pada umumnya mesin GDI tersebut harus menggunakan bensin dengan
sulfur yang rendah. Alhasil sampai saat ini sudah banyak produsen mobil
yang membuat mesin GDI, namun demikian produksi mesin tersebut masih
menjadi merek terdaftar pada Mitsubishi Motor.
Renault memperkenalkan mesin 2.0 IDE (Direct Injection Essense) tahun 1999,
dipakai untuk Renault Megane dan diteruskan pada Renault Laguna.
Toyota juga ikut-ikutan memperkenalkan GDI pada mesin bensin, tahun 2000, diaplikasikan pada Toyota Avensis mesin 2GR-FSE V6
Toyota menggunakan kombinasi injeksi langsung dan tidak langsung,
berarti sistem ini menggunakan dua injeksi per silinder, injektor EFI
biasa dikombinasikan dengan injektor GDI yang baru.
Kemudian mesin GDI terus dikembangkan dan saat ini telah dipasarkan mesin GDI dengan kinerja tinggi.
Volkswagen / Audi memperkenalkan mesin GDI pada tahun 2000, dengan nama
Fuel Stratified Injection (FSI), teknologi ini diadaptasi dari mobil
balap prototype Le Mans Audi.
Lalu Alfa Romeo memperkenalkan JTS pertama mereka pada tahun 2002 dan
BMW memperkenalkan GDI pada mesin V12 BMW N73 tahun 2003. BMW pada
awalnya menggunakan injektor tekanan rendah, namumn akhirnya mereka
memperkenalkan generasi kedua yang disebut dengan sistem High Precision
Injection N52 di perbaiki dan diperbaharui terus sampai tahun 2006.
General Motors telah merencanakan untuk menghasilkan berbagai mesin
GDI pada tahun 2002, namun sejauh ini hanya tiga mesin GDI telah
diperkenalkan pada tahun 2004, Sebuah versi mesin 2.2 L Ecotec
digunakan pada Opel Vectra tahun 2005, lalu mesin 2.0 L Ecotec dengan
teknologi VVT untuk Opel GT yang baru, setelah itu Pontiac Solstice
GXP, Vauxhall GT, juga Opel Speedster dan Saturn Sky Red Line tahun
2007 . Selanjutnya mesin 3,6 L LLT disediakan untuk dapur pacu
generasi kedua Cadillac CTS serta Cadillac STS.
Pada tahun 2004 Isuzu Motors juga tidak mau ketinggalan mereka membuat
mesin GDI untuk mobil Isuzu Rodeo yang dipasarkan di Amerika,
Mazda ikutan pula memakai mesin GDI pada tipe Mazda 6 versi Mazdaspeed /
6 MPS, Mazda CX-7 SUV, mereka menyebutnya dengan istilah Direct
Injection Spark Ignition (DISi).
Bertujuan meningkatkan effisiensi penggunaan BBM dan menghasil daya
mesin yang lebih besar meskipun ber-CC kecil, misalnya saat ini mesin
GDI 1200 CC dapat membangkitkan daya lebih dari 150Hp, maka tidaklah
mengherankan bilamana GDI pada masa-masa mendatang akan cepat
menggantikan mesin injeksi konvensional yang kita geluti saat ini.
Sumber:
http://faisalirfan01.blogspot.com/2011/05/perbandingan-teknologi-engine-injection.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar